Saat ini tersedia banyak jenis bisnis “InsurTech” yang sedang berkembang, mulai dari manajemen asuransi hingga pemrosesan, penjualan, pengelolaan data, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sekarang ini banyak perusahaan asuransi konvensional dan perusahaan start up yang saat ini sedang berusaha menemukan cara yang lebih efisien untuk menghubungkan konsumen kepada “InsurTech”.
Lalu bagaimana kemajuan digital diimplementasikan kedalam industri asuransi. Berikut ini merupakan implementasi digital yang dapat dilihat dari sektor asuransi :
1. Produk Asuransi yang Disesuaikan (Customized)
Hampir semua orang suka dengan konsep “customized” yang berarti produk tersebut dibuat sesuai dengan selera banyak orang sehingga produk tersebut tepat sasaran dalam memilih target. Begitu juga dalam memilih produk asuransi, sekarang ini banyak orang yang cenderung akan memilih premi-premi yang mereka anggap produk asuransi yang mereka pilih paling sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidupnya.
Perusahaan asuransi yang menggunakan bantuan dari artificial intelligence (AI) yang dapat mengolah data, seperti demografi, perilaku, gaya hidup hingga hobi untuk menciptakan produk yang disesuaikan dan relevan dengan pelanggannya.
Pengolahan data ini sangat dibutuhkan untuk calon tertanggung dalam memilih asuransi kesehatan, karena setiap orang tentu memiliki kebutuhan yang berbeda. Namun, dengan mengolah data-data seperti jenis penyakit dan perawatan yang sering digunakan serta rumah sakit sebagai tempat pelanggan berobat, perusahaan asuransi dapat menciptakan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan setiap pelanggannya. Itulah pentingnya pengolah data untuk perusahaan asuransi supaya nantinya perusahaan asuransi tersebut sudah tau jelas sejak awal mengenai target pengguna asuransinya sehingga peluang transaksi menjadi lebih besar.
2. Proses Underwriting
Proses underwriting adalah penggunaan atau pengolahan data dalam perusahaan asuransi yang menjadikan data sebagai objek yang sangat krusial menjadi salah satu proses penting. Untuk menentukan premi yang sesuai dengan risiko nasabah, tentunya pengolahan data–data sangat penting dan harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam penetapan premi.
Pasalnya saat ini data yang diterima jumlahnya sangat banyak dan dalam bentuk yang beragam sehingga penggunaan big data terutama Machine Learning yang berguna untuk menganalisa data-data tersebut dan meningkatkan tingkat akurasi keputusan yang diambil. Machine learning ini dapat menganalisa berbagai bentuk data dan menjamin untuk tidak ada data yang terlewat untuk mengambil keputusan.
Jika dalam asuransi kendaraan proses underwriting akan melibatkan data-data seperti jenis dan kondisi kendaraan untuk memprediksi risiko yang sewaktu-waktu terjadi. Adanya kemampuan deteksi dari machine learning ini akan sangat membantu untuk melihat perilaku berkendara dan kepatuhan lalu lintas. Premi yang berbeda ini dapat ditetapkan pada kendaraan yang sama dengan perilaku berkendara yang berbeda juga, karena perbedaan perilaku ini dapat membawa risiko yang berbeda bagi perusahaan penyedia asuransi.
3. Sistem Asuransi Omnichannel
Belakangan ini pengguna asuransi sudah mulai merambah ke generasi millenial yang sangat menyukai hal digital dan instan serta layanan yang mudah dijangkau, jika dilihat dari aspek demografi. Penggunaan AI (Artificial Intelligence) yang mendukung kehadiran omnichannel dalam sektor asuransi sehingga pelanggan dapat melakukan seluruh proses jual-beli asuransi hanya dalam satu portal saja.
Hal tersebut meliputi memilih layanan asuransi, melakukan transaksi, pengajuan klaim hingga pembayaran tagihan. Tentunya dengan adanya AI yang mendukung kehadiran omnichannel di sektor asuransi dapat mempermudah nasabah yang khususnya bagi mereka yang tidak memiliki banyak waktu luang untuk bertransaksi. Sebab itulah tingkat penetrasi asuransi di Indonesia ini rendah, karena penyebab utama rendahnya tingkat penetrasi asuransi tersebut adalah kesulitan memperoleh asuransi.
Hal tersebut berhubungan dengan proses pemilihan produk, pendaftaran, dan pembayaran yang cukup memakan waktu. Adanya penggunaan teknologi otomasi yang menghasilkan omnichannel bagi asuransi , maka hal tersebut dapat dilakukan dalam satu aplikasi saja. Dengan aplikasi tersebut pelanggan dapat memahami dan memilih produk apa yang paling sesuai, menentukan jenis pembayaran yang akan dilakukan, dan selalu update dengan perubahan yang sedang terjadi saat ini melalui aplikasi tersebut.
3. Claim Fraud Detection
Sektor asuransi tidak jauh berbeda dengan sektor keuangan lainnya yang sering menjadi target fraud. Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau kelompok dalam manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan tipu muslihat demi memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum.
Kecurangan yang sering terjadi di perusahaan asuransi adalah pada saat pengajuan klaim properti dan aset, misalnya seperti kebakaran gedung yang bisa dijadikan salah satu contoh kasus yang mungkin sering ditemui oleh banyak orang dan penyebabnya tidak diketahui sama sekali dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan secara finansial.
Data yang diberikan untuk mengajukan klaim asuransi sangat perlu dipertanyakan keabsahannya guna memastikan kejadian tersebut benar kecelakaan atau memang disengaja menggunakan predictive analytic tools yang dapat membaca keabsahan data yang diberikan. Tidak hanya itu, melainkan sistem algoritma yang dibentuk dapat membaca latar belakang dan riwayat nasabahnya, bahkan hubungan yang dimiliki mampu untuk mendeteksinya, jika ada hal yang mencurigakan seperti saksi palsu.
Menghadapi perkembangan digitalisasi ini, perusahaan asuransi harus dapat beradaptasi dan cara pendekatan tradisional dalam menjual produk asuransi sudah harus diubah. Dalam lingkungan yang sangat kompetitif ini, perusahaan asuransi tidak dapat lagi mengandalkan pertumbuhan organik atau inovasi internal. Pemenangnya adalah mereka yang dapat menjalin aliansi dengan perusahaan baru yang inovatif, bersekutu dengan “InsurTech”, dan berkonsolodasi dengan rekan bisnisnya.